Lembaga Beladiri Indonesia Garuda Suci Formasi Meditasi Rinjani Satlat STKIP Hamzanwadi Selong merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bidang olahraga yang cukup eksis berkegiatan sejak tahun 2007 sampai sekarang dalam rangka mengembangkan bakat dan minat mahasiswa STKIP Hamzanwadi Selong. Sejak resmi menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di STKIP Hamzanwadi Selong, maka terpilih sebagai Ketua Satlat pertama sekaligus pionirnya di kampus yaitu saudara AD. Muhassin yang kelak menjadi Presiden Mahasiswa ( Presma ) ke-13 BEM STKIP Hamzanwadi Selong periode 2009/2010 lalu di lanjutkan oleh Ketua terpilih selanjutnya saudara L. Lukmanul Hakim, di ganti oleh saudara Samsul Hadi, kemudian saudara Hamdani dan yang sekarang Ketuanya adalah saudara Andrinata. Lembaga Beladiri Indonesia Garuda Suci Formasi Meditasi Rinjani semakin giat berprogram termasuk melakukan perekrutan anggota baru. Sehingga Lembaga Beladiri Indonesia Garuda Suci Formasi Meditasi Rinjani Satlat STKIP Hamzanwadi Selong menjadi beladiri favorit yang berdayasaing dan mempunyai anggota paling banyak di bandingkan dengan beladiri lainnya yang ada di STKIP Hamzanwadi Selong.
HISTORY LBI-Garud@ Suci
Para Sufi dari bangsa Hui China yang dulu mengembangkan Beladiri dan memasukkan aspek spiritual ke dalam seni beladiri ini. Sufi tarekat yang berkembang pada masa itu mengambil peranan penting terhadap difusi filosofi Islam ke dalam beladiri. Ulama sufi Hui sering mengalahkan biksu Budha dalam berbagai kejuaraan beladiri. Kemudian lahir istilah Qa Shi yang merupakan sebutan masyhur dalam beladiri ini yang berarti tujuh pendekar untuk mengenang tujuh ulama sufi yang telah mengembangkan beladiri. Maka hal ini menjadi sejarah awal lahirnya Lembaga Beladiri Indonesia Garud@ Suci Formasi Meditasi Rinjani.
Filosofi dalam Beladiri diinspirasi dari hadis Rasulullah SAW yaitu:
"Orang yang kuat bukanlah yang dapat menjatuhkan lawan dalam perkelahian, tetapi yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah" (HR Bukhari).
Hal ini pernah ditunjukkan oleh Ali bin Abi Thalib dalam perang Khandaq (625 M) ketika Ali berhasil menjatuhkan lawan dan hendak menghunus pedangnya., tetapi tiba-tiba sang lawan meludahi wajah Ali. Ali urung untuk membunuh dan bahkan menyuruhnya pergi. ‘Mengapa kau tidak membunuhku?’, lawannya bertanya. Ali kemudian membalas
Hal ini pernah ditunjukkan oleh Ali bin Abi Thalib dalam perang Khandaq (625 M) ketika Ali berhasil menjatuhkan lawan dan hendak menghunus pedangnya., tetapi tiba-tiba sang lawan meludahi wajah Ali. Ali urung untuk membunuh dan bahkan menyuruhnya pergi. ‘Mengapa kau tidak membunuhku?’, lawannya bertanya. Ali kemudian membalas
"Adalah diizinkan untuk membunuh di dalam peperangan. Tetapi pada saat kau meludahi wajahku, kau bangkitkan harga diri dan kemarahanku. Jadi daripada membunuhmu dengan pedangku, lebih baik kubunuh nafsuku hanya untuk Allah."
Sang lawan takjub dengan karakter Ali RA dan masuk Islam saat itu juga. Internalisasi perjuangan jihad melawan hawa nafsu ini diterjemahkan para Master beladiri kami sebagai energi murni atau tenaga dalam yang dikenal dengan sebutan Chi Kung. Mereka percaya bahwa kedudukan tertinggi di dalam Beladiri hanya dapat dicapai ketika manusia dapat mengalahkan sifat lemah dan buruk di dalam bathin dan prilakunya. Ini juga diasah melalui serangkain latihan pengendalian diri (muhasabah) dan pernafasan beladiri.
Sang lawan takjub dengan karakter Ali RA dan masuk Islam saat itu juga. Internalisasi perjuangan jihad melawan hawa nafsu ini diterjemahkan para Master beladiri kami sebagai energi murni atau tenaga dalam yang dikenal dengan sebutan Chi Kung. Mereka percaya bahwa kedudukan tertinggi di dalam Beladiri hanya dapat dicapai ketika manusia dapat mengalahkan sifat lemah dan buruk di dalam bathin dan prilakunya. Ini juga diasah melalui serangkain latihan pengendalian diri (muhasabah) dan pernafasan beladiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar